Friday, 20 February 2015

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak tingkat sekolah dasar

Get Doc


A. FAKTOR HERIDITAS
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yang diturunkan melelui gene, disebut faktor heriditas. Faktor tersebut adalah bentuk sifat-sifat atau karakteristik yang menentukan batas-batas perkembangan anak walaupun tidak mutlak. Dengan kata lain sifat-sifat yang dibawa semenjak lahir atau melalui heriditas menjadi Blue print perkembangan anak tersebut. Dengan diketahuinya pengaruh heriditas terhadap perkembangan anak, maka kita mengetahui Blue print perkembangan anak tersebut, sehingga kita tidak menuntut anak mencapai perkembangan di luar Blue print perkembangannya.
Faktor heriditas juga mempengaruhi irama perkembangan anak. Anak yang secara heriditas memiliki sifat-sifat dengan kualitas intelektual tinggi akan mempunyai irama perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan anak yang memiliki kualitas intelektual rendah.

1.      Sifat-Sifat yang Diturunkan Secara Heriditas
Ada dua jenis sifat yang diturunkan secara hereditas yaitu sifat intelektual dan sifat temperamen (keperibadian). Setiap anak mewarisi kualitas intelektual dan temperamen yang berbeda. Hal ini dibahas secara lebih luas dalam uraian berikut ini:
a.       Potensi Intelektual
Didalam  kelas akan dijumpai anak yang secara potensial memiliki kualitas intelektual tinggi, sedan dan rendah. Makin tinggi potensi intelektual anak makin cepat dan mudah baginya menyelesaikan tugas tugas perkembangan. Sebaliknya, makin rendah potensi intelektuak anak makin lambat tugas-tugas perkembangan tercapai.
Di sekolah dasar akan dijumpai anak yang disebut “dull normal” dengan IQ 80-85. Kemampuan berfikir anak ini berada dibawah kemampuan berfikir anak normal (IQ 85-115).  Anak dull normal (si normal yang bodoh) dapat memasuki Sekolah Dasar, tetapi memerlukan bimbingan khusus secara terus menerus dari guru. Perhatian, ketekunan, kreatifitas dan kesabaran guru diperlukan untuk membimbing anak ini.
2
Di Sekolah kita di Indonesia, anak anak yangt seperti ini tidak jarang ditemui. Oleh karena itu diperlukan pengamatan guru yang tajam untuk mengetahuinya dan keterampilan yang profesional untuk membimbingnya.
Anak anak Sekolah Dasar yang memiliki potensi intelektual diatas normal pun akan ditemui di Sekolah Dasar seperti anak Superior dengan IQ 120-130 dan anak sangat superior 130 keatas. Anak anak yang memiliki kemampuan intelektual superir dan sangat superior ini menurut Terman (1959) cenderung mempunyai ciri-ciri kemampuan belajar tertentu. Anak anak yang superior mempunyai ciri-ciri kemampuan belajar sebagai berikut:
1.      Dapat mempergunakan kata-kata secara tepat.
2.      Mempunyai Perkembangan Bahasa yang baik, Sehingga dapat mengulang dengan baik segala sesuatu yang bersifat verbal.
3.      Memiliki pengamatan dan perekaman yang jelas tentang objek yang diamati.
4.      Mempunyai keterampilan yang dapat dibanggakan dalam bidang seni kalau dilatih.
5.      Suka pada buku buku, kamus, ataupun ensiklopedia.
6.      Memahami dan menemukan hubungan sebab akibat suatu peristiwa dengan mudah.
7.      Memiliki kemampuan yang cepat untuk membaca.
8.      Memiliki potensi berhitung yang kuat.
9.      Cenderung untuk merasa bosan dengan tugas tugas rumah, tetapi mereka senang belajar mandiri.

Ciri-ciri anak yang sangat superior sebagai berikut:
1.      Memiliki cara-cara penyesuaian sosial yang baik, khususnya dengan teman sebaya.
2.      Mencerminkan kesehatan fisik yang baik.
3.      Mampu mengerjakan pekerjaan sekolah dengan cepat, berkemampuan untuk berbahasa yang bagus, tetapi tulisan mereka kebanyakan kurang baik.
4.      Dapat membaca sebelum masuk sekolah. Bahkan menurut Terman, ada anak yang baru berumur 25 bulan, telah dapat membaca sebaik kemampuan membaca murid kelas I Sekolah Dasar pada akhir tahun.
5.      Mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan bahasa yang sangat baik.
3
6.      Memiliki sifat kepemimpinan yang terkenal diantara teman sebaya.
7.      Memiliki dorongan keikut sertaan yang tinggi dalam kegiatan kelompok.
8.      Memilki kemampuan untuk menyelesaikan kurikulum dua, bahkan empat tingkat diatas kurikulum kelas anak normal yang sebaya.
b.      Tempramen ( Kepribadian)
Setiap anak Sekolah Dasar memiliki tempramen yang mewarnai kepribadiannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Tempramen merupakan sebagian dari kepribadian. Kepribadian adalah sifat-sifat khas seseorang yang menentukan kecenderungan orang itu dalam bertingkah laku. Kepribadian itu diperoleh dari heriditas dan belajar, yaitu melaui pembiasaan-pembiasaan dalam menghadapi lingkungan. Kepribadian terkait erat dengan sifat-sifat emosional dan sosial dalam menghadapi lingkungan.
Tempramen merupakan sifat-sifat emosi dan sosial yang sduah dibawa semenjak lahir, yang bukan merupakan hasil belajar. Semenjak lahir anak Sekolah Dasar telah memiliki sifat-sifat emosi dan sosial tertentu yang menunjukan kekhasan tempramennya. Yung (page, 1947) mengemukakan bahwa ada dua jenis tempramen, yaitu introver dan ekstrover. Anak Sekolah Dasar yang memiliki tempramen introver cenderung menampakan sifat-sifat sebagai berikut :
1.      Pendiam, tertutup dan menunjukan sifat-sifat dingin atau perasaan sepi.
2.      Sukar bagi mereka untuk memulai hubungan dengan orang lain. Mereka sulit untuk membina keakraban dengan anak-anak lain.
3.      Cenderung melakukan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat subjektif.
4.      Mudah tersinggung, dan mudah mencurigai orang lain sehingga tidak tahan terhadap kritikan.
5.      Emosi yang dingin, sehingga teman sebaya kurang senang bergaul dengannya.
Anak-anak Sekolah Dasar yang memiliki tempramen ekstrover menampakkan tingkah laku sebagai berikut:
1.      Mudah bergaul, banyak berbicara, dan ramah.
2.      Mudah membina keakraban dengan orang lain.
3.      Cenderung melakukan pertimbangan yang bersifat objektif. Mudah memahami pikiran dan perasaan orang lain.
4.      Tabah tidak mudah tersinggung dan tahan kritikan.
5.      Emosi yang hangat, periang dan impulsif.
4

2.      Prinsip-Prinsip Penurunan Sifat-Sifat Melalui Heriditas

a.       Prinsip reproduksi
Penurunan sifat-sifat dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui gene. Oleh kerena itu kemampuan atau sifat-sifat yang didapat oleh orang tua karena belajar tidak diturunkan melalui heriditas. Dengan memahami prinsip-prinsip ini maka dalam melayani murid guru tidak dapat menuntut anak berprestasi sebagaimana orang tuanya dalam bidang tertentu yang orang tuanya berprestasi baik.

b.      Prinsip konformitas
Setiap jenis menurunkan jenis. Bahwa manusia dengan segala sifatnya akan menurunkan manusia juga dengan sifat-sifat kemanusiaannya. Prinsip ini mempunyai implikasi terhadap guru bahwa murid-murid yang dihadapinya adalah anak-anak manusia dengan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam mendidik mereka, sifat-sifat kemanusiaan mereka harus dihormati dan dikembangkan dengan pantas. Sebagai makhluk rasional siswa mampu berfikir, memahami, mengingat, membandingkan, menganalisis, dan mengambil kesimpulan. Oleh karena itu, mereka mampu berpendapat, beride dan mencari jalan keluar berbagai permasalahan yang dihadapinya asal saja mereka diberi kesempatan dan bimbingan.
c.       Prinsip Variasi
Bahwa sel benih atau gene mengandung banyak sifat yang dapat melahirkan individu-individu yang berbeda. Dari prinsip ini guru hendaknya mendapat pemahaman, bahwa setiap anak memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang berbeda walaupun mereka bersaudara kandung.
d.       Prinsip regresif filial
Sifat-sifat kejiwaan yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya cenderung mempunyai kualitas sama dengan sifat-sifat kejiwaan orang pada umumnya. Orang tua yang memiliki sifat kejiwaan diatas kualitas sifat-sifat kejiwaan pada umumnya, cenderung untuk melahirkan anak-anak dengan kualitas kejiwaan di bawah kualitasendiri, demikian pula sebaliknya.
5
Dengan memahami prinsip ini guru hendaknya menyadari bahwa kemampuan anak tidak dapat diukur dengan membandingkannya dengan kemampuan orang tuanya. Prinsip ini mengharuskan guru menerima anak sebagaimana adanya dan memberikan pelayanan belajar sesuai dengan kebutuhannya.

B.  FAKTOR LINGKUNGAN
Lingkungan menentukan  penyelesaian tugas-tugas perkembangan sesuai dengan pola yang ditentukan heriditas. Dengan kata lain lingkungan yang menentukan  apa apa potensi potensi yang diturunkan melalui gene akan teraktulisasi secara optimal atau tidak. Lingkungan yang merangsang anak belajar secara optimal dapat mengembvangkan seluruh potensi anak. Begitu pula sebaliknya. Pengaruh lingkungan dapat dibagi atas dua yaitu lingkungan non sosial dan lingkungan  sosial.
1.      Lingkungan Non Sosial.
a.       Gizi
anak sebagai manusia memerlukan kebutuhan fisik, seprti makanan yang bergizi dan mengandung vitaminn, suasana yang tenteram, air dan udara yang bersih serta cahayan yang cukup. Anak akan mencapai tugas-tugas perkembangan dengan baik kalau kebutuhan fisiknya terpenuhi. Ada beberapa pengaruh yang buruk terhadap perkembangan mental anak, jika ia kekurangan gizi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutton-Smith (1973) sebagai berikut:
1.      Anak mengalami gangguan emosi
Mereka tidak dapat beremosi bahagia, tetapi cenderung menampakkan emosi sedih, dingin dan tidak mudah tersentuh perasaannya dalam mengasihi orang lain. Akibatnya terjadilah siklus yang dimulai dari sikap menyendiri karena kekurangmampuan bergaul dengan teman sebaya, lalu orang tua merasa tidak senang, menunjukkan sikap membenci atau menolak anak.
2.      Anak mengalami kemampuan mental rendah dan keabnormalan fisik.
Kekurangan gizi khususnya vitamin B menyebabkan kemampuan mental rendah. Kekuranagn vitamin C dan D menyebabkan ke abnormalan fisik. Apabila anak kekurangan Vitamin A, anak akan mengalami kerusakan mata dan kalau kelebihan Vitamin A, menyebabkan anak kurang bergairah, sulit memusatkan perhatian dalam belajar (Hutching dan Gibbon, 1971)
6
3.      Anak mengalami pertumbuhan syaraf otak yang kurang sempurna.
Jika kekurangan gizi dialami anak selama dalam kandungan atau pada umur lima tahun kebawah (BALITA), maka keadaan ini dapat merusak pertumbuahan  syaraf dan otak. Murid sekolah dasar yang mengkonsumsi gizi rendah, semenjak masa konsepsi (dalam kandungan) pada umumnya memilki kemampuan mental yang rendah. Mereka termasuk anak anak yang lambat belajar, menampakkan emosi kurang bahagia, mudah tersinggung dan marah.
4.      Anak mengalami ketegangan psikologis
Kekurantgan gizi dapat juga menimbulkan ketegangan psikologis pada anak. Anak mencoba untuk mengatasi psikologis-nya itu dengan cara menghindari lingkungan sosial dan menjauhi berbagai permasalahan dalam hidupnya. Keadaan inilah yang membentuk pola interaksi sosial anak yang kurang baik.
Guru atau pendidik hendaklah mengerti bahwa murid-murid yang berasal dari lingkungan berstatus ekonomi rendah, cenderung kurang gizi. Oleh karena itu, kemampuan belajar mereka juga cenderung rendah. Namun tidak jarang terjadi anak anak yang kekuranganb gizi berasal dari keluarga yang status ekonominya tinggi. Hal ini disebabkan oleh karena pengetahuan tentang menu makanan mereka yang tidak benar.
b.      Suasana Lingkungan
Suasana ribut atau bising yang terus menerus menyelimuti kehidupan anak, dapat mengganggu pendengaran anak. Akibatnya dalam belajar berbahasa dengan tekanan berbahasa ynag halus sukar bagi anak. Suasana bising dilingkungan sekolah, menyebabkan konsentrasi belajar cepat buyar dan motivasi belajar sukar ditumbuhkan. Hal ini disebabkan kurangnya perasaan nyaman dan tenteram dalam diri anak. Anak terbiasa berbicara dengan nada suara yang keras atau ribut ribut; cara berbicara yang sebenarnya tidak diinginkan.




7
2.      Lingkungan Sosial
Lingkuangan sosial adalah tempat terjadinya hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain. Dalam hubungan sosial akan terjadi hubungan saling mepengaruhi antara orang dengan orang lain. Dengan masuknya anak ke Sekolah Dasar, berarti anak memasuki lingkungan sosial yang lebih luas daripada sebelumnya. Lingkungan sosial anak sekarang meliputi keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Keterlibatan murid dengan orang dewasa selain dengan orang tuanya dan teman sebaya yang bukan anak tetangga makin meningkat. Semua lingkungan sosial itu akan memberi pengaruh terhadap perkembangan anak.
a.       Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan unit sosial pertama yang dijumpai anak dalam hidupnya. Oleh karena itu, pengaruh keluarga terhadap perkembangan anak sangat besar sekali. Dari keluargalah anak memperoleh konsep diri, peranan yang harus diperankan sesuai dengan jenis kelamin, ketrampilan intelektual maupun sosial, dan sikap mereka terhadap sekolah. Ada berbagai tipe pelyanan keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak. Masing-masing tipe pelayanan itu adalah sebagai berikut,yaitu:
1.      Tipe pelayanan orang tua yang hangat
2.      Tipe pelayanan orang tua yang mengekang
3.      Tipe pelayanan orang tua yang mengabaikan
4.      Tipe pelayanan orang tua yang bermusuhan
Dengan dipahaminya tipe pelayanan orang tua dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa bagi anak-anak yang sedang dalam periode perkembangan setingkat sekolah dasar dibutuhkan situasi sosial keluarga yang menampakkan ciri-ciri berikut ini, yaitu:
a.       Melayani dan merangsang dorongan keingintahuan anak
b.      Memberikan kasih sayang dan pethatian yang penuh






8
b.      Lingkungan Sekolah
Sekolah dapat membentuk ketrampilan sosial emosional dan intelektual anak. Penelitian yang dilakukan oleh Boyutton, Daggu dan Turner (Stagner, 1961) menunjukan bahwa jika guru selalu dalam ketegangan psikologis maka murid-muridnyapun mengalami ketegangan psikologis seperti yang dialami gurunya. Guru yang pemarah, pengomel, dan pencerewet, menyebabkan muridnya meniru
 tingkah laku gurunya itu, dan hal ini menimbulkan gangguan perkembangan emosi anak.
1.      Kepribadian guru
Tidak ada yang menyangsikan tentang pentingnya peranan guru dalam mengembangkan tingkah laku anak walaupun berbagai alat teknologi dapat membantu proses belajar. Suasana emosional yang menimbulkan kehangatan, kegairahan dan perasaan aman ditimbulkan guru dalam mengajar tidak dapat digantikan oleh alat teknologi secanggih apapun. Di bawah ini dikemukakan sifat-sifat guru yang baik dan pengaruhnya terhadap anak.
a.       Guru yang hangat dan menimbulkan keakraban, memberikan pengaruh yang positif terhadap kesenangan, kegairahan anak dalam belajar.
b.      Guru dengan kualitas pertanyaan yang bagus, bukan hanya sekedar meminta jawaban anak dalam bentuk pengulangan kembali apa yang telah dipelajari atau apa yang ada dalam buku.
c.       Gur yang suka menghargai keberhasilan murid walau sebesar apapun keberhasilan itu, dapat meningkatkan ide atau aspirasi murid.
d.      Guru yang memiliki kematangan sosial emosional, pengetahuan yang luas dan daya nalar yang tinggi guru itu dapat menggerakan proses belajar mengajar, sehingga anak mau belajar.
2.      Tipe mengajar guru dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak
Ada tiga tipe guru dalam mengajar yang masing-masing menimbulkan pengaruh berbeda terhadap keadaan psikologis anak, yaitu tipe demokratis, otoriter, dan mengabaikan.



9
a.       Tipe demokratis
Guru yang demokratis dalam mengajar menampakkan cara [pelayanan yang lebih banyak mempertimbangkan kepentingan murid daripada kepentingan guru sendiri. Guru yang demokratis, dalam mengajar cenderung mengusahakan berbagai cara untuk mengikutsertakan anak dalam belajar dan lebih banyak menghargai usaha anak, memberi kesempatan kepada anak agar anak mencoba mengatur dan mengarahkan dirinya serta mengambil keputusan sendiri dalam belajar.

b.      Tipe otoriter
Tipe otoriter menampilkan pendekatan mengajar dimana guru mendominasi situasi kelas. Pengajaran berpusat kepada kurikulum atau materi. Guru cenderung menyuruh siswa mengerjakan tugas yang cara penyelesaiannnya tidak boleh lain dari cara yang ditentukan oleh guru. Guru seperti ini cenderung menentukan daripada memberi saran.
Tindakan guru yang otoriter berpengaruh buruk terhadap anak. Dengan teknik otoriter atau guru mendominasi proses belajar mengajar, cenderung melakukan tindakan mendominasi pula kepada kawan-kawannya.

c.       Tipe mengabaikan
Guru yang bertipe mengabaikan ( laissez faire ) menampakan tingkah laku dalam mengajar sebagi berikut :
1.      Partisipasi guru sangat sedikit
2.      Seringkali hasil kerja anak tidak dibahas atau dioertanyakan.
3.      Guru tidak merencanakan sama sekali hubungan yang akrab dengan anak.

Tindakan guru seperti ini dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap tingkah laku anak, yaitu sebagai berikut :
1.      Anak tidak merasa bertanggung jawab dengan hasil belajarnya atau tingkah lakunya sendiri.
2.      Murid tidak merasa tertarik untuk belajar dengan disiplin yang benar.
10
3.      Perasaan kecewa atau persaan tidak puas dalam belajar sering di rasakan oleh anak.
4.      Untuk mendapat nilai yang baik anak melakukan cara-cara yang tidak terpuji.

d.      Lingkungan teman sebaya

Anak sekolah dasar lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya daripada dengan orang tuanya. Oleh karena itu, berada di Sekolah Dasar disebut periode usia kelompok, karena memperlihatkan keinginan yang kuat untuk diterima oelh kelompok sebaya. Anak pada usia ini sangat takut terhadap penolakan kelompok. Oleh karena itu, anak berusaha sekuat-kuatnya untuk menyesuaikan dirinya dengan standar bertingkah laku yang dibenarkan oleh kelompok, sekalipun bertentangan dengan nilai-nilai atau standar bertingkah laku yang di setujui oleh orang tua. Pengaruh kelompok tidaklah selalu baik, yaitu apabila nilai-nilai dakam kelompok tidak sesuai dengan nila-nilai yang ada pada keluarga. Oleh karena itu, tugas orang tua dan guru adalah mengadakan pendekatan terhadap kelompok dan membimbing anggota kelompok untuk membimbing tinggi nilai-nilai dan norma yang berlaku.

Populer di BACA