Saturday, 13 April 2013

Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak SD




Faktor-Faktor interaksi yang di pengaruhi anak tingkat sekolah dasar
A.    Faktor Heriditas
Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yang diturunkan melalui gen, disebut faktor heriditas. Faktor itu berupa bentuk sifat-sifat atau karakteristik yang menentukan batas-batas perkembangan anak walaupun tidak mutlak. Dengan kata lain sifat-sifat yang dibawa semenjak lahir menjadi Blue print perkembangan anak tersebut.
1)      Sifat-Sifat yang Diturunkan secara Heriditas
a.      Potensi Intelektual
Di dalam kelas akan di jumpai anak yang secara potensial memiliki kualitas intelektual tinggi, sedang dan rendah. Makin tinggi potensi intelektual anak makin cepat dan mudah baginya menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dan sebaliknya. Karena kemampuann intelektualnya yang rendah yaitu anak Moron, Feeble Minded (lemah pikiran). Para penyandang Feeble Minded (lemah pikiran) terbagi menjadi dua kelompok yaitu anak yang Imbicile dan Idiot. Anak Imbicile paling tinggi hanya mampu dilatih untuk melatih ketrampilan yang sederhana. Mereka memiliki IQ lebih kurang antara 25-55. Anak Idiot merupaka anak yang mempunyai potensi intelektual paling rendah. IQ mereka berkisar antara 20-25.
Anak moron mampu menguasai kemampuan yang bersifat keterampilan yang sedikit kompleks, misalnya melipat dan menyusun. Mereka harus dimasukan di sekolah luar biasa. IQ mereka berkisar antara 55-70.
Anak Dull Normal (si normal yang bodoh) dapat memasuki sekolah dasar, tetapi memerlukan bimbingan khusus dari guru. Mereka dengan IQ 80-85 sedangkan anak normal memiliki IQ 85-115.
Anak Superior memiliki IQ 120-130 dan anak sangat Superior dengan IQ di atas 130. Anak Superior mempunyai ciri-ciri kemampuan belajar sebagai berikut :
1)      Memahami dan menemukan hubungan sebab akibat suatu peristiwa dengan mudah.
2)      Memiliki kemampuan yang cepat untuk menbaca.
3)      Memiliki potensi untuk berhitung yang kuat.





2
Anak-anak yang sangat superior mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)      Mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan  dengan bahasa yang baik.
2)      Memiliki sifat kepemimpinan yang terkenal di antara teman sebaya.
3)      Memiliki dorongan keikutsertaan yang tinggi dalam kegiatan kelompok.

Anak-anak yang superior dan sangat superior, hanya dapat dilayani oleh guru yang benar-benar profesional, kalau tidak dia akan mengalami kegagalan dan kekecewaan.

b.      Temperamen (Kepribadian)
Temperamen merupakan sifat-sifat emosi dan sosial yang sudah dibawa semenjak lahir, yang bukan merupakan hasil belajar. Yung (page, 1947) mengemukakan bahwa ada dua jenis  temperamen,yaitu introver dan ekstrover. Anak Sekolah Dasar yang memiliki temperamen introver cenderung menampakkan sifat sebagai berikut  :
1)      Pendiam, tertutup, dan menunjukkan sifat-sifat dingin atau perasaan sepi
2)      Mudah tersinggung, dan mudah mencurigai orang lain, sehingga tidak tahan terhadap kritikan.
3)      Emosi yang dingin, sehingga teman sebaya kurang senang bergaul dengannya.
Anak Sekolah Dasar yang memiliki temperamen ekstrover cenderung menampakkan sifat sebagai berikut  :
1)      Mudah bergaul, banyak berbicara dan ramah.
2)      Tabah, tidak mudah tersinggung, dan tahan kritikan.
3)      Emosi yang hangat,periang dan implusif.

2)      Prinsip-Prinsip Penurunan Sifat-Sifat melalui Heriditas
Prinsip-prinsip heriditas dikemukaan oleh seorang ahli yang bernama Francis Galton sebagai berikut :
a.      Prinsip Reproduksi
Penurunan sifat-sifat dari satu generasi berikutnya adalah melalui gen. Sifat-sifat yang didapat oleh orang tua karena belajar tidak diturunkan melalui heriditas.
b.      Prinsip Konformitas
Prinsip ini mempunyai implikasi terhadap guru bahwa murid-murid yang dihadapinya adalah manusia dengan sifat-sifat kemanusiaannya. Dalam mendidik mereka, sifat-sifat kemanusiaan mereka harus dihormati dan dikembangkan dengan pantas. Mereka tidak suka dianggap bodoh atau dijadikan pasif dalam belajar.




3
c.       Prinsip Variasi
Dalam prinsip ini guru hendaknya mendapat pemahaman, bahwa setiap anak memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang berbeda walaupun mereka bersaudara kandung.
d.      Prinsip Regresi filial
Dengan memahami prinsip ini guru hendaknya menyadari bahwa kemampuan anak tidak dapat diukur dengan membandingkannya dengan kemampuan orang tuanya. Prinsip ini mengaharuskan sekali lagi, agar guru menerima anak sebagaimana adanya dan memberikan pelayanan belajar sesuai dengan kebutuhan-nya.

B.     Faktor Lingkungan

Lingkungan menentukan penyelesaian tugas-tgas perkembangan sesuai dengan pola yang ditentukan heriditas. Lingkungan yang merangsang anak belajar secara optimal dapat mengembangkan seluruh potensi anak, juga sebaliknya.
Pengaruh lingkungan dapat dibagi atas 2 yaitu sebagai berikut :
1.      Lingkungan Non Sosial
a.       Gizi
Sebagai anak manusia memerlukan kebutuhan fisik, seperti makanan yang bergizi dan mengandung vitamin. Ada beberapa pengaruh yg buruk terhadap perkembangan mental anak, jika ia kekurangan gizi, menurut Sutton-Smith (1973) sebagai berikut :
1)      Anak mengalami gangguan emosi.
2)      Anak mengalami kemampuan mental rendah dan keabnormalan fisik.
3)      Anak mengalami pertumbuhan syaraf otak yang kurang sempurna.
4)      Anak mengalami ketegangan psikologis.
b.      Suasana lingkungan
Suasana bising dilingkungan sekolah, menyebabkan konsentrasi belajar cepat buyar dan motivasi belajar sukar ditimbulkan. Hal ini disebabkan kurangnya perasaan nyaman dan tentram dalam diri anak.

2.      Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah tempat terjadinya hubungan sosial antara seseorang dengan  orang lain. Dalam hubuingan sosial akan terjadi hubungan saling mempengaruhi antara orang  seorang dengan  orang lain. Pengaruh masing-masing lingkungan terhadap perkembangan anak sebgai berikut :
a.       Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial pertama yang dijumpai anak dalam hidupnya. Oleh karena itu, pengaruh keluarga terhadap perkembangan anak sangat besar sekali. Ada berbagai tipe pelayanan keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak, sebagai berikut :

4

1)      Tipe pelayanan orang tua yang hangat
Anak-anak dari keluarga ini menunjukkan sifat mandiri, keyakinan diri dalam mengerjakan tugas. Mereka tidak mudah putus asa dan tidak takut berbuat salah.
2)      Tipe pelayanan orang tua yang mengengkang
Pengaruh tingkah laku orang tua seperti ini akan membentuk perasaan tidak baik dalam diri anak. Anak merasa tidak disukai dan merasa jengkel karena timbul rasa kekecewaan dan perasaan takut.
3)      Tipe pelayanan orang tua yang mengabaikan
Dengan sikap orang tua yang mengabaikan anak-anak nya, mereka akan menjadi anak yang mandiri, tetapi suka menuruti kemauan sendiri dan menjadi anak jalanan.
4)      Tipe pelayanan orang tua yang bermusuhan
Anak-anak dari orang tua seperti ini tidak memiliki perasaan aman didalam dirinya, karena merasa tidak dimiliki. Ada dua kemungkinan akibat dari perasaan tidak dimiliki yang dirasakan oleh anak terhadap terhadap tingkah lakunya, yaitu : pertama adalah menjadi sangat pembangkang, agresif, atau bertingkah laku yang merusak. Kedua menjadi anak yang tidak berdaya, pasif, dan tergantung. Mereka tidak memiliki kegairahan untuk belajar disekolah.

Anak-anak yang sedang dalam periode perkembangan setingkat Sekolah Dasar dibutuhkan situasi sosial keluarga yang menampakan ciri-ciri berikut ini, yaitu :
a)      Melayani dan merangsang dorongan ingin tahu anak.
b)      Meberikan kasih sayang dan perhatian yang penuh.

b.      Lingkungan Sekolah
Suasana sosial-emosional dalam kehidupan ekonomis dalam kehidupan akademis disekolah sangat mempengaruhi proses belajar anak. Sekolah dapat membentuk  keterampilan sosial-emosional dan intelektual anak.
1)      Kepribadian guru
(a)    Guru yang hangat dan menimbulkan keakraban, memberikan pengaruh yang positif terhadap kesenangan, kegairahan anak dalam belajar. Di samping itu kemandirian anak untuk melakukan disiplin juga tinggi, sehingga peraturan-peraturan dalam kelas terlaksana dengan baik.





5

(b)   Guru dengan kualitas pertanyaan yang bagus, bukan hanya sekedar meminta jawaban anak dalam bentuk pengulangan kembali apa yang telah dipelajari. Tetapi  guru ini memberikan pertanyaan yang menuntut anak mengembangkan atau memperluas pemahamannya melebihi dari apa yang dipelajari dan dibacanya di dalam buku.
(c)    Guru yang suka menghargai usaha dan prestasi anak menyebabkan anak memiliki dorongan yang kuat untuk beride dan beraspirasi yang tinggi tanpa ada perasaan takut untuk dikritik.
(d)   Guru memiliki kemantangan sosial emosional, pengetahuan yang luas dan daya nalar yang tinggi guru itu dapat menggerakan proses belajar-mengajar, sehingga anak mau belajar, karena disebabkan timbulnya dalam diri anak perasaan kagum dan ingin menyerupai guru.

Kepribadian guru yang dapat membantu dalam menjalankan profesi sebagai guru Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
(a)    Mencintai anak-anak.
(b)   Senang berkomunikasi dan menjelaskan sesuatu sampai anak mengerti.
(c)    Mampu dan mau menghargai pendapat dan hasil kerja anak.
(d)   Ramah tamah, mempunyai minat yang luas, terbuka, dan mempunyai perasaan humor.
(e)    Mempunyai moral yang tinggi sehingga menjadi tokoh identifikasi bagi anak.

2)      Tipe mengajar guru dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak yaitu sebagai  berikut :
(a)    Tipe Demokratis
Kebaikan-kebaikan cara mengajar guru yang bertipe demokratis dapat dikemukakan sebagai berikut :
(1)   Memungkinkan anak belajar dengan disiplin diri sendiri.
(2)   Memiliki sifat spontanitas yang tinggi dalam mengambil inisiatif untuk mengatasi kesulitan, khususnya dalam belajar.
(3)   Pengembanngan kepribadian secara maksimal bagi setiap anak.
(b)   Tipe Otoriter
Lindgren and Anderson juga mengemukakan akibat buruk yang terjadi dalam diri anak kalau diajar oleh guru bertipe otoriter, yaitu :
(1)   Anak menjadi apatis, yaitu tidak mempunyai kegairahan dalam belajar.
(2)   Anak kehilangan minat belajar.
(3)   Daya kreativitas dan spontanitas anak menjadi lemah dalam menyelesaikan masalah diri, sehingga tidak mampu mengambil keputusan sendiri.

6
(c)    Tipe Mengabaikan
Ø  Guru yang bertipe mengabaikan ( laissez faire ) menampakkan tingkah laku dalam bengajar sebagai berikut :
(1)   Partisipasi guru sangat sedikit.
(2)   Seringkali hasil kerja anak tidak dibahas dan dipertanyakan.
(3)   Guru tidak merencanakan sama sekali hubungan yang akrab dengan anak.
Ø Tindakan guru yang seperi ini dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap tingkah laku anak yaitu sebagai berikut :
(1)   Anak tidak merasa bertanggung jawab dengan hasil belajarnya atau tingkah lakunya sendiri.
(2)   Murid tidak merasa tertarik untuk belajar dengan disiplin yang benar.
(3)   Perasaan kecewa atau perasaan tidak puas dalam belajar sering dirasakan oleh anak.

c.       Lingkungan Teman sebaya
Pengaruh kelompok tidaklah selalu baik, yaitu apabila nilai-nilai dalam kelompok tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh keluarga.

Populer di BACA