Kenapa seorang aktivis kampus yang menikah dan memutuskan untuk tak melihat calon istri sebelumnya, sepuluh tahun kemudian bisa berkeluh kesah, frustasi karena tak pernah bisa mencintai istrinya. Padahal mereka telah dikaruniai empat orang anak.
Barangkali benar, tak ada yang bisa menyiapkan diri kita lahir batin sebelum memasuki gerbang pernikahan. sebab tidak pernah ada institusi pendidikan yang membekali kita hingga kita benar-benar siap mengarungi bahteranya.
Kita hanya bisa belajar dari kehidupan. Dalam kehidupan kita hanya bisa bersabar, belajar berempati, belajar toleran. Dalam kehidupan pula kita belajar dari orang lain.
Untuk itulah buku ini hadir ketangan pembaca
Tentu terlalu muluk jika berharap buku ini bisa menjawab rasa penasaran semua orang. Tapi setidaknya lewat buku ini kita bisa sama-sama melihat kisah kasih yang real dengan tokoh-tokoh yang real pula; orang-orang yang seperti kita. Kalaupun kebetulan mereka semua penulis, itu cuma sebuah upaya agar kisah-kisah ini bisa mengalir dengan lancar kehadapan pembacanya.
Lewat buku ini, pembaca bisa melihat satu demi satu penulis yang'akrab' ditelinga kita menceritakan bagaimana mereka menjalani satu babak penting kehidupan, menikah dan berkeluarga.