Buku ini bercerita tentang seorang gadis Jo yang tomboy, kisah dimulai saat jawaban 'ya' Jo atas pertanyaan Kas teman laki-lakinya "maukah kau jadi pacarku ?" walaupun ragu dengan terpaksa ia menjawab karena ia malu dilihatin oleh penumpang KRL, karena kejadian itu di stasiun kereta. Model pacaran Kas dan Jo tidak seperti kebanyakan orang,mereka makan rame-rame dengan teman-temannya, kalaupun jalan berdua hanya saat naik kereta sempat Kas mengajak nge'date' Jo dan karena usul Jo akhirnya nge'date'nya olah raga pagi. Sempat Kas protes kepada Jo tapi Jo malah balik bertanya apa beda pacar dengan teman dan semua jawaban Kas dapat disangkal oleh Jo. Intinya keuntungan dari pacaran gak ada beda dengan keuntungan punya teman. Sikap Jo yang seperti ini berkat nasehat kakak-kakaknya yang disebut Jo sebagai 'makhluk steril' "Jo pacaran boleh aja tapi nanti setelah menikah. Pacaran sebelum nikah gak ada gunanya karena yang ditampilin hanya baik-baiknya saja dan bisa mengarah pada zina." Dalam perjalanan pacaran mereka beberapa teman Jo hamil diluar nikah dan ditinggal lari pacarnya, hal ini membuat Jo berfikir ulang tentang arti pacaran. Dan memang sejak mengenal Jo, Kas berubah menjadi sosok yang menghargai perempuan walau sebelum dengan Jo ia sudah pacaran 12 x. Dan akhirnya Kas lah yang memutuskan hubungannya dengan Jo dan mengatakan "Aku belum berani bertanggungjawab atas dikapku nanti padamu."
Buku ini sangat bagus untuk dibaca terutama para remaja selain bahasanya ringan dan gaul juga mengandung banyak hikmah diantaranya, yaitu : 1.cara kakak-kakak Jo saat menasehati tidak dengan memaksa tapi menunjukkan bukti baik dan buruknya 2. kita juga mendapatkan hal-hal yang membuktikan negatifnya pacaran karena status pacaran merupakan terbukanya pintu kesucian oleh syetan yaitu mereka berhak berdua-duaan, bersentuhan, berpelukan, berciuman bahkan atas nama cinta menyerahkan kesuciannya