Saturday 13 April 2013

Aliran Aliran Pendidikan






A.   Pengertian aliran pendidikan
            Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan pendidikan. Pertama, “teori” dipergunakan oleh para pendidik untuk menunjukkan hipotesis-hipotesis tertentu dalam rangka membuktikan kebenaran-kebenaran melalui eksperimentasi dan observasi serta berfungsi menjelaskan pokok bahasannya. O’Connor mendenifisikan istilah “teori” ini katanya: Kata “teori” sebagaimana yang dipergunakan dalam konteks pendidikan secara umum adalah sebuah tema yang apik. Teori yang dimaksudkan hanya dianggap absah manakala kita tetapkan hasil-hasil eksperimental yang dibangun dengan baik dalam bidang psikologi atau sosiologi hingga sampai kepada praktek kependidikan.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini. Oleh karena itu bahasan tersebut hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik.
Aliran-aliran klasik yang dimaksud adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembanganpengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.

B. Macam-macam aliran-aliran klasik
1. Aliran empirisme
Aliran ini di motori oleh John Locke (1632-1704) dari Inggris. Kata empirisme berasal dari kata emperious (bahasa latin ). Adapun secara etimologis empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman.  Aliran ini bertolak dari Lockean Tradition yang lebih mengutamakan perkembangan manusia dari sisi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai sisi internal manusia (Umar Tirtarahardja, 2000:194).
Pokok pikiran yang dikemukakan oleh aliran ini menyatakan bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan, sedangkan pembawaan yang berupa bakat tidak di akuinya. Menurut aliran ini bahwa pada saat manusia dilahirkan sesungguhnya dalam keadaan kosong bagaikan “tabula rasa” yaitu sebuah meja berlapis lilin yang tidak terdapat tulisan apapun diatasnya. Dengan kata lain, seseorang yang dilahirkan mirip atau bagaikan kertas putih yang masih kosong, sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting bahkan dapat menentukan keberadaan anak. Sehubungan dengan ini dikatakan bahwa pendidikan adalah “maha kuasa” artinya seolah-olah pendidikan memiliki kekuasaan dalam menentukan nasib anak.
Oleh karena itu, John Locke menganjurkan agar pendidikan di sekolah dilaksanakan berdasarkan atas kemampuan rasionya dan bukan atas perasaannya. Mendidik menurut John Locke adalah membentuk pribadi anak sesuai dengan yang dikehendakinya. Aliran ini disebut juga dengan aliran optimisme. Aliran ini juga menyakini bahwa dengan memberikan pengalaman melalui dididkan tertentu kepada anak, maka akan terwujudlah apa yang diinginkan.
Walau demikian para penganut aliran ini masih berkeyakinan bahwa manusia dipandang sebagai makhluk yang dapat dimanipulasi karena keberadaannya yang pasif.

2. Aliran Nativisme
            Aliran ini dipelopori oleh Arthur Schoupenhauer (1788-1860). Menurut Zahara Idris (1992:6) nativisme berasal dari bahasa Latin nativus yang artinya terlahir. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Pokok pikiran dari aliran ini adalah bahwa perkembangan seseorang merupakan produk dari faktor pembawaan yang berupa bakat.
Aliran ini dikenal juga sebagai aliran pesimistik karena pandangannya yang menyatakan bahwa orang yang “berbakat tidak baik “ akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik demikian pula sebaliknya. Aliran ini juga mempunyai ajaran bahwa bakat yang merupakan pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya.
            Dengan demikian menurut aliran ini tetap saja berpendapat bahwa pendidikan sama sekali tidak berpengaruh terhadap perkembangan seseorang, sehingga bila pendidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang maka tidak akan ada gunanya. Dengan demikian mendidik adalah membiarkan seseorang tumbuh berdasarkan pembawaannnya.

 3. Aliran Naturalisme
Aliran ini di pelopori oleh J.J Rousseau (1712-1778). Pandangan Aliran ini sama dengan aliran naturalisme. Aliran ini berpendapat bahwa pendidikan hanya memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaknya diserahkan kepada alam. Pendidikan hanya dapat berbuat menjaga agar pembawaan yang baik pada anak tidak menjadi rusak akibat campur tangan masyarakat. Oleh karena itu, ciri utama aliran ini adalah bahwa dalam mendidik seorang anak hendaknya dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak dirusak oleh pendidik. Pada saat anak menjadi remaja hendaknya diajarkan agama dan moral yang semata-mata sebagai alasan alamiah semata.
Rousseau berpendapat bahwa lebih baik menunda suatu pengajaran daripada cepat-cepat melaksanakannya hanya karena ingin menanamkan suatu aturan atau otoritas tertentu (Dirjen Dikti,1983/84:37).

 4. Aliran Konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern (1871-1938). Aliran ini semakin dikenal setelah kedua aliran sebelumnya yakini empirisme dan nativisme tidak lagi banyak memiliki pengikut. Inti ajaran aliran ini adalah bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang.  Setiap pribadi merupakan basil konvergensi dari faktor-faktor  intemal dan eksternal. Perpaduan antara pembawaan dan lingkungan keduanya menuju pada satu titik pertemuan yang terwujud sebagai basil pendidikan. Sehubungan dengan hal itu teori konvergensi yang di kemukakan oleh William Stern berpendapat bahwa:
1.      pendidikan memiliki kemungkinan untuk dapat dilaksanakan, dalam arti dapat dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk mengembangkan potensinya.
2.      Yang membatasi hasil pendidikan anak adalah pembawaan dan ligkungannya.

B.  Gerakan-gerakan baru dalam pendidikan
1. Pembelajaran  alam sekitar
            Dasar pemikiran yang terkandung di dalam pengajaran alam sekitar adalah bahwa peserta didik akan mendapat kecakapan dan kesanggupan baru  dalam menghadapi dunia kenyataan. Di dalam pendidikan hal ini dapat di tanamkan pemahaman, apresiasi, pemanfaatan lingkungan alami, dan sumber sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya penting agi perkembangan peserta didik.
2. Pengajaran pusat perhatian
Penemunya adalah Ovide Decorly menurutnya pengajaran di susun menurut pusat perhatian anak, yang di namai centers d’interet. Dari pusat perhatian ini kemudian di ambil pelajaran pelajaran yang lain, yang dapat di pergunakan sebagai pusat perhatian ialah yang sesuai dengan perhatian anak.
3. Sekolah kerja
Pendapat ini di kemukakan oleh George Kerschsteiner menurutnya kewajiban sekolah yang terpenting ialah menyiapkan peserta didik untuk suatu pekerjaan, pekerjaan tersebutndaknya juga untuk kepentingan negara, oleh karena itu para peserta didik harus di tamankan keinsyafan untuk ikut serta membantu negara di samping pekerjaannya.
4. Pengajaran proyek
Dalam hal ini penting bahwa peserta didik telah aktif memecahkan persoalan, maka wataknhya akan terbentuk. Konsep ini di kemukakan oleh WH Kilpatrick, dia menanamkan pengajaran proyek sebagai satu kesatuan tugas yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan secara teratur di kerjakan bersama sama dengan teman temannya.

C. Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia
1. Perguruan kebangsaan taman siswa
Taman siswa di dirikan tanggal 3 juli 1922 oleh Ki Hajar Dewantara, pada zaman penjajahan Belanda Taman siswa bersikap non cooperative dan menolak pemberian subsidi. Baru setelah masa kemerdekaan sikap non cooperativ berubah menjadi sikap pro dan bekerjasama dengan pemerintah.
Taman siswa memiliki asas asas sebagai berikut :
            1. asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri
            2. asas kebudayaan yang dalam hal ini kebudayaan   indonesia sendiri
            3. asas kerakyatan, pendidikan, dan pengajaran harus di berikan kepada seluruh rakyat
            4. asas kekuatan sendiri
            5. asas berhamba kepada anak
Pada saat indonesia merdeka tahun 1945 dan dua tahun berikutnya berhasil di susun dasar dasar taman siswa yang di kenal dengan panca dharma, kelima dasar yang di maksud adalah kemanusiaan, kodrat hidup, kebangsaan, kebudayaan dan kemerdekaan.

2. Ruang pendidikan INS di Kayutanan
Didirikan oleh Muhamad Syafei, sekolah ini menpunyai rencana pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan rancangan Kershensteiner dengan Arbeitsschulenya. M syafei sependapat dengan Kershensteiner, yang beranggapan bahwa dengan belajar bekerja sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan menghafal sebagaimana di sekolah.

Populer di BACA